Wednesday 30 March 2011

KERAJAAN WAHYU FAJAR SANJAYA

KERAJAAN WAHYU FAJAR SANJAYA
Dulu, saat hutan masih menutupi daratan muka bumi, dan manusia belum sebanyak saat ini, terdapat dua kerajaan yang bersahabat erat. Kerajaan itu bernama Wahyu, sedangkan yang lain bernama Kerajaan Fajar karena berada di tempat matahari terbit. Kerajaan Wahyu dipimpin Raja Eno yang memiliki seorang putri termasyur karena kecantikannya yang bernama Denari. Kerajaan Fajar dipimpin oleh Raja Sumai, pangerannya yang pandai bermain kecapi bernama Idran.
Di suatu pagi, Pangeran Idran memainkan kecapi dipintu gerbang istana. Ia menghibur para prajurit penjaga gerbang. Didekat gerbang, terdapat pasar yang ramai, sehingga para pedagang dan gadis terpana oleh sang pangeran rupawan itu. Disebelah barat, tampak iring-iringan pasukan dan sebuah kereta kuda kebangsawanan yang dikawal. Rupanya, mereka utusan dari Kerajaan Wahyu. Setelah dekat, tampaklah didalam kereta seorang gadis yang wajahnya tertutup jubah putih.
Salah seorang prajurit pengawal itu turun dari kudanya, meminta izin penjaga pintu gerbang untuk menemui Raja Sumai dengan menunjukkan surat perjanjian pertemuan yang ditulis oleh Raja Sumai sendiri.
“Wahai kepala penjaga gerbang, kami dari kerajaan Wahyu, utusan Raja Eno. Kami ingin bertemu Rajamu sesuai perjanjian dan kesepakatan bersama Raja kami. Ini suratnya.” Kata sang pengawal.
Kepala penjaga gerbangpun membacanya dan berkata,
”Baiklah, silahkan anda dan seluruh utusan menuju istana dengan kawalan prajurit-prajurit kami”.
Merekapun menuju istana dengan kawalan prajurit Kerajaan Fajar. Pangeran Idran bergegas mendahului para rombongan ke Istana. Ia mengintip pertemuan itu dari atap Istana. Betapa terkejutnya Sang Pangeran, ternyata pertemuan itu membicarakan pernikahan Pangeran Idran dengan putri bangsawan dari Negeri Wahyu.
Mengetahui hal itu, Pangeran Idran melarikan diri menuju ke hutan. Tak terasa Pangeran Idran telah jauh memasuki hutan, hujanpun turun dengan derasnya. Pangeran terpaksa berteduh disebuah gua. Tiba-tiba, dari dalam gua terdengar suara auman yang memilukan hati. Tenyata auman itu berasal dari seekor singa yang terperangkap. Pangeran segera melepaskan Si Singa dari perangkap itu. Pangeran heran melihat tulisan Kerajaan Wahyu tertera diperangkap itu. Namun Pangeran menghiraukan tulisan itu dan segera mengobati kaki depan Si Singa. Selama dua hari, Pangeran mengobati luka Si Singa didalam gua. Tepat di hari kedua, luka si Singa akhirnya sembuh. Anehnya, Si Singa tidak mau pulang ketempatnya setelah lukanya disembuhkan. Ia malah mengikuti Pangeran Idran kemanapun ia melangkah. Pangeranpun akhirnya menjadikannya sebagai teman dalam pelariannya.
Disuatu malam, didekat danau ditengah hutan, Pangeran Idran mendengar suara gadis yang menangis. Ia menyangka itu adalah hantu penunggu danau, karena ia berpakaian putih berkilauan. Pangeran mendekatinya dan bertanya jawab dengannya.
“Wahai engkau yang duduk disana, mengapa kau menangis?” kata Pangeran Idran kepada gadis itu.
“Aku lari dari keluargaku. Mereka ingin menikahkan aku dengan pangeran negeri ini!” kata gadis itu dengan berlinang air mata.
Namun, pangeran sangat terkejut, ternyata ia adalah Denari, putri Raja Eno dari Kerajaan Wahyu, yang tak lain adalah gadis yang akan dinikahkan dengan Pangeran Idran. Sang putri mengukapkan semuanya, bahwa pernikahanya dengan Pangeran Idran hanyalah rencana ayahnya untuk mengusai isi hutan dari Kerajaan Fajar. Pangeran sadar, ternyata perangkap si Singa adalah ulah Kerajaan Wahyu yang ingin menguasai hutan Kerajaan Fajar. Hari sudah malam, sebaiknya kau ikut bersamaku beristirahat di dalam gua”
Pangeran Idran dan Putri Denari bergegas menuju istana Kerajaan Fajar bersama Si Singa, tapi mereka terkejut saat melihat kedua kerajaan telah hancur karena peperangan.
“Tak ada yang tersisa pangeran! semua rata dengan tanah, begitu juga dengan Kerajaan Wahyu. Keduanya saling menghancurkan satu dengan yang lain, para bangsawan dan prajurit tewas, begitu pula dengan raja kedua kerajaan”. Kata seorang nenek yang berhasil lolos dari pertempuran itu. “Hanya pangeran dan putrilah satu-satunya harapan kami untuk pulih seperti sedia kala”.
Setelah peristiwa itu, Pangeran Idran dan Putri Denari mengumpulkan rakyat dari Kerajaan Wahyu dan Kerajaan Fajar untuk bersama-sama membangun kembali dan mempersatukan kedua kerajaan dengan nama baru, yaitu Kerajaan Wahyu Fajar Sanjaya dan Si Singa menjadi lambang negara kerajaan itu. Mereka akhirnya menikah dan menjadi Raja dan Ratu kerajaan.
Tak lama kemudian, mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang dinamakan Sumeno sesuai dengan nama ayah mereka yang telah tewas. Seiring dengan tumbuhnya Sumeno, Kerajaan Wahyu Fajar Sanjaya tumbuh menjadi negara yang sangat makmur dan termasyur di kala itu. Raja Idran dan Ratu Denari memerintah dengan sangat bijaksana, sehingga seluruh rakyat bahagia dan mereka hidup tenteram selamanya.

No comments:

Post a Comment